Space Time Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tampil sebagai juara 1 pada ajang Open Street Map (OSM) yang merupakan sebuah proyek pemetaan dunia tingkat University Battle Mapping (UBM) untuk mahasiswa dari berbagai Universitas di Indonesia yang diselenggarakan oleh Humanitarian Open Street Map Team (HOT) Indonesia. Pada ajang yang baru pertamakali diikuti tersebut, UMS berhasil menyisihkan 11 Perguruan Tinggi bergengsi di Indonesia. Ke-11 Perguruan Tinggi tersebut antaralain, Institut Teknik Bandung (ITB) sebagai juara kedua, Universitas Negeri Manado (Unima) di peringkat ketiga. Dan Universitas Gadjah Mada (UGM) diurutan keempat.
Tim UMS yang terdiri dari tiga mahasiswa semester tujuh Fakultas Geografi UMS yakni Bruce Maldy, Mukhlis Akbar, dan Irfandi Fauzi, berlaga di sebuah kompetisi bertajuk University Battle Mapping 2017 yang diselenggarakan oleh Humanitarian Open Street Map Team (HOT) Indonesia, 2 Oktober-16 November 2017. “Kami tidak menyangka, tim kami berhasil menaklukkan 11 perguruan tinggi raksasa di Indonesia,” ungkap Bruce panggilan akrab Bruce Maldy kepada wartawan, di Kampus UMS.
Pada ajang tersebut ITB harus puas dengan posisi kedua meskipun sempat terjadi persaingan ketat dengan Tim UMS selama masa kompetisi. Hal tersebut lantaran Tim UMS mampu mencapai nilai tertinggi. Bruce mengungkapkan timnya berhasil meraih nilai cukup tinggi dibanding yang lain. Pada saat menginput pemetaan, timnya berhasil memperoleh 61.718 objek. Sementara ITB hanya sebanyak 46.982 objek. Dan Unima memeroleh 38.698 objek.
“Beberapa hari kami sempat saingan terus hasilnya sama ITB. Alhamdulillah, berkat ketekunan dan konsistensi yang kami lakukan. Kami yang menjadi juaranya,” ujar Bruce.
Dalam kompetisi tersebut, Bruce mengatakan, timnya diberi waktu seminggu untuk menginput data objek. Timnya mengambil lingkup Kota Solo. Di hari pertama, menginput 10 ribu objek. Padahal kampus lain baru 3-4 ribu objek. Sejak itu sampai seminggu ke depan, Timnya terus berusaha agar tidak bisa dikalahkan kampus lain. Hari kedua dan seterusnya menginput 16-20 ribu objek. Sampai akhirnya bisa mengungguli semuanya.
Kurun waktu seminggu memang relatif singkat, namun selama tujuh hari tersebut banyak suka duka yang mereka alami. Tak jarang mereka salah paham dan tidak saling bicara. Beruntung, kesamaan ambisi mereka untuk menjadi pemenang bisa menurunkan ego ketiganya. “Kami pengen menang dan membanggakan nama UMS. Itu visi kami. Tapi tiap kali bertengkar pasti selalu ada yang ngalah,” ujar Bruce.
Kemenangan ini, menurut Bruce, membuktikan bahwa UMS telah mencetak satu tim impian sebagai juara pertama yang mampu mengalahkan 11 perguruan tinggi raksasa di Indonesia. “Kurikulum kami bisa bersaing di tingkat nasional dengan perguruan tinggi negeri di Indonesia. Indikator kurikulum yang baik adalah bisa membekali mahasiswa berkompetisi di tingkat nasional. Inilah satu hal yang patut kami syukuri,” ujarnya.
Dibalik kemenangan ini, Tim UMS juga menyematkan tujuan mulia. Pasalnya selain mengejar predikat juara Bruce dkk, mengharapkan data yang telah diinput dapat dijadikan rujukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam penanganan bencana. “Bencana itu masalah kita semua, pemetaan ini cara kami membantu” tutupnya.
sumber : www.ums.ac.id