Bulan Ramadan menjadi bulan penuh kemuliaan di mana Allah mewajibkan umat-Nya menjalankan ibadah berpuasa sejak terbit hingga terbenamnya mentari. Di bulan ini, Allah membuka pintu ampunan dan mengucurkan pahala berlimpah bagi umat-Nya yang mendekat pada-Nya.
Hadis tentang Lailatul Qadar salah satunya adalah Hadis Riwayat Muslim yang menyebutkan, “Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.”
Dari hadis tersebut, jelas bahwa sepuluh malam terakhir mempunyai keistimewaan tersendiri, sebab Rasul bersungguh-sungguh beribadah pada waktu itu. Lantas mengapa sepuluh malam terakhir Ramadan merupakan hal yang istimewa? Kami menemui Takmir Masjid Sudalmiyah Rais, Dr. Muchamad Iksan, S.H., M.H., untuk menggali lebih dalam seputar kemuliaan 10 malam terakhir Ramadan.
Pria yang akrab disapa Iksan itu mengatakan, keistimewaan sepuluh malam terakhir Ramadan terletak pada peristiwa malam Lailatul Qadar. “Ada sabda Rasulullah yang mengatakan kurang lebih, di salah satu malam di antara sepuluh hari terakhir itu ada malam yang lebih baik dari malam seribu bulan,” tutur pria yang akrab disapa Iksan itu, Kamis (21/03/2024).
Lailatul Qadar, Malam Seribu Bulan
Melansir laman resmi Kementerian Agama RI, Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa. Pada malam tersebut, Allah akan mengabulkan segala permintaan hamba-Nya dan mengampuni dosa-dosanya.
Hadis Riwayat Bukhari menyebut,“Dan barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar semata-mata karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.”
Senada dengan hadis tersebut, Iksan mengatakan Lailatul Qadar adalah malam yang diberi kelebihan dengan dilipatgandakannya pahala dan kebaikan oleh Allah. Pada malam itu, Allah akan memberikan balasan atas amalan yang dilakukan manusia yang setara dengan kebaikan selama 83 tahun.
“Misalnya dia membaca satu juz, maka dia mendapatkan pahala yang setara dengan membaca satu juz selama 83 tahun,” jelas Iksan.
Kemuliaan malam Lailatul Qadar membuat umat Islam berbondong-bondong menjalankan serangkaian ibadah untuk meraihnya. Ibadah yang dilakukan pada waktu tersebut lebih baik dibanding ibadah di waktu lainnya. Sebagian umat Islam mungkin bertanya, kapan terjadinya malam Lailatul Qadar?
Iksan menyebut malam Lailatul Qadar akan terjadi di malam ganjil seperti malam ke-21, ke-23, hingga ke-29. Meskipun demikian, waktu spesifik kapan malam Lailatul Qadar terjadi menjadi rahasia Allah. Iksan mengimbau umat Islam untuk menjalankan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadan tanpa memandang tanggal ganjil atau genap.
“Menurut saya ada satu filosofi yakni dengan Rasulullah menyebut Lailatul Qadar itu di malam ganjil, maka berarti memberikan kesempatan dan dorongan umat Islam untuk mencari Lailatul Qadar selama sepuluh hari terakhir, terutama di malam-malam ganjil,” terang Takmir Masjid Sudalmiyah Rais itu.
Iksan mengatakan imbauan ibadah setiap hari semakin penting karena tak jarang terjadi perbedaan tanggal awal puasa Ramadan, seperti Ramadan tahun ini misalnya. Perbedaan tersebut membuat jatuhnya malam ganjil dan genap menjadi berbeda. Hal ini membuat melakukan ibadah setiap hari di sepuluh hari terakhir menjadi pilihan paling aman untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar.
Meraih Kemuliaan dengan Iktikaf
Salah satu cara mendapatkan malam Lailatul Qadar adalah dengan iktikaf. Menurut Iksan, iktikaf adalah kegiatan berdiam diri di masjid sambil bermunajat kepada Allah. Beberapa ulama menyebut iktikaf dilakukan di masjid jamik (masjid yang menyelenggarakan salat Jumat).
Selama menjalani iktikaf, umat Islam diharuskan fokus pada ibadah dan mendekatkan diri pada Allah. Dosen Fakultas Hukum UMS itu menyebutkan beberapa amalan yang dilakukan selama iktikaf, yakni salat malam, zikir, membaca dan mengkaji Al-Qur’an, memohon ampun, hingga merenungi dosa.
Iktikaf yang optimal dilakukan dengan berdiam diri di masjid sepanjang sepuluh hari terakhir Ramadan, sejak malam ke-21 hingga tanggal 1 Syawal. Menurut Iksan, semua aktivitas selama iktikaf dipusatkan di dalam masjid. Ia mencontohkan orang yang hidup di zaman Rasulullah yang berdiam diri di masjid selama sepuluh hari terakhir.
“Kalau iktikaf sesuai ajaran nabi itu ya full di dalam masjid. Keluar masjid hanya saat keperluan tertentu seperti pulang ke rumah untuk mandi dan sebagainya. Jadi kalau iktikafnya hanya malam, ya berarti endak full sesuai ajaran nabi,” imbuh Iksan.
Tidak mengherankan jika saat ini banyak masjid yang membuka program iktikaf. Menurut dia, program iktikaf itu dilakukan agar semua peserta mendapatkan malam Lailatul Qadar.
“Kalau mereka yang iktikaf selama sepuluh hari terakhir secara penuh, mereka pasti dapat malam Lailatul Qadar. Kalau yang pilih-pilih malamnya, maka probabilitas untuk mendapatkan Lailatul Qadar malah lebih kecil,” tegas Direktur Dana Pensiun Syariah UMS itu.
Menurut Iksan, setiap Muslim yang melewati sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, pasti melewati malam Lailatul Qadar. Hanya mereka yang melakukan amal saleh yang akan mendapat keutamaan dan pahala besar setara kebaikan seribu bulan. Sedangkan orang yang pada malam itu melewatkannya atau malah berbuat kemaksiatan, dia tidak mendapatkan keutamaan apapun melainkan dosa besar.
Tips Iktikaf untuk Mahasiswa
Kesibukan kuliah seringkali menyita perhatian mahasiswa, termasuk urusan membangun kedekatan dengan Sang Pencipta melalui iktikaf. Kesibukan tersebut terus berlanjut bahkan di sepuluh hari terakhir Ramadan dan baru akan mereda jelang Idulfitri tiba. Lantas apa kiat yang dapat dilakukan mahasiswa agar meraih kemuliaan Lailatul Qadar sekaligus menjalankan kewajibannya sebagai pembelajar?
Meski iktikaf mengharuskan individu untuk melekat dengan masjid sepanjang hari, Iksan menyebut mahasiswa tetap dapat melakukan iktikaf di malam hari. “Meskipun bukan iktikaf yang ideal layaknya iktikaf pada zaman nabi, selagi ada kesempatan di malam hari, ya manfaatkan saja,” jelasnya.
Iksan menekankan mahasiswa untuk tetap menjalankan iktikaf, sebab Allah akan menghargai segala jenis usaha yang dilakukan umat manusia yang ingin mendekat kepada-Nya. “Allah itu Maha Adil, kok.” kata Iksan.
Ada informasi menarik yang diungkapkan oleh Iksan bagi mahasiswa UMS yang ingin melakukan iktikaf. Salah satu masjid yang menggelar kegiatan Iktikaf adalah Masjid Sudalmiyah Rais UMS. Iksan menuturkan, saat ini pendaftaran kegiatan iktikaf sudah dibuka. Beberapa fasilitas yang diberikan bagi peserta yang ingin mendaftar, yaitu gratis biaya pendaftaran, menu makan buka puasa dan sahur, hingga fasilitas binatu (Laundry).